TEMPO.CO, Jakarta - Ucapan ulang tahun datang melalui sambungan telepon menyambar kuping Turyono Wahadi, di suatu siang, Mei 2019. "Selamat ulang tahun, Mas," kata Turyono mengenang ucapan adiknya, Angela Hindriati Wahyuningsih, korban mutilasi di Bekasi. Turyono ingat, adiknya terlambat satu hari mengucapkan syukur di hari lahirnya
Percakapan itu riang. Namun, sekilas ia berubah sendu. Turyono diam sebentar. Dia mendengar adiknya itu bercakap di ujung telepon. Di seberang telepon Angela mengadu ingin pindah tempat tinggal—dan bermukim di pinggiran Jakarta.
"Mas aku rencana mau pindah di pinggiran Kota Jakarta, dekat makam Sita," kata Turyono, mengenang ucapan Angela empat tahun lalu. Saat itu Angela masih menempati Apartemen Taman Rasuna, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Angela ingin tinggal di pinggiran Jakarta supaya dekat makam putrinya, Anna Laksita Leialoha.
Mei bukan saja bulan bahagia karena ulang tahun kakaknya, tapi waktu yang sulit buat Angela mengenang setahun anaknya meninggal dunia, yang melompat dari lantai 33 apartemen, 20 Mei 2018.
Turyono bertanya bagaimana nasib apartemen itu. Namun, adiknya menjawab bangunan berpuluh lantai itu akan disewakan ke orang. "Apartemen mau aku sewain aja," tutur Angela. Di seberang telepon, Turyono setuju, dan dia menyarankan kepada adiknya, "Jangan dijual, sayang."
Percakapan singkat itu selesai. Telepon ditutup. Sejak itu, tak ada lagi percakapan apa pun antara Angela Hindriati dan Turyono. Yang tanggal di ingatan kakak Angela ini, ucapan ulang tahun, apartemen, dan Sita—diutarakan Angela saat itu. Dua bulan kemudian Angela hilang kabar. Hilang muka.
Selanjutnya: Perjalanan terakhir Angela Hindriati